Gloucester, Massachusetts (ANTARA/Reuters) - Bukan nyemplung dengan kepala lebih dulu dan menemui ajal di panci yang berisi air mendidih, 534 lobster selamat dari piring makan dan perut dikoyak serta menuju kebebasan di perairan gelap Samudra Atlantik.
Sekelompok pendeta Buddha Tibet memenuhi kedua sisi kapal pengawas ikan paus saat senja pada Rabu (3/8), menyiram lobster itu dengan air yang diberkati, membuka ikatan cangkang mereka yang berbahaya dan melepaskan hewan air itu satu per satu ke dalam air samudra.
Sebanyak 30 pendeta Buddha dari berbagai usia menjelajahi tempat penangkapan ikan di Massachusetts utara , Amerika Serikat tersebut untuk membeli lobster sebanyak 600 pon dari tempat lelang hewan laut dan menyelamatkan makhluk itu dari kematian.
Kegiatan membebaskan udang besar tersebut dijadwalkan dilakukan pada 3 Agustus, saat Wheel Turning Day di dalam kalendar Tibet tahun ini --peringatan upacara pertama ajaran Buddha. Hari besar itu, perbuatan baik mendapat ganjaran yang berkali-kali lipat, demikian laporan Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat.
"Sekalipun mereka tertangkap lagi, mereka telah hidup lebih lama," kata Wendy Cook, mantan direktur Kurukulla Centre for Tibetan Buddhist Studies di Medford, sebelah utara Boston.
Pendeta Buddha dari pusat tersebut secara khusus membebaskan banyak hewan mahal itu dua kali setiap tahun.
Cook, seorang instruktur yoga, memimpin satu upacara yang meliputi pembacaan doa, mantra dan pelaksanaan kotak berjalan yang berisi lobster di dalam lingkaran di sekitar benda yang diberkati. Kegiatan tersebut mengembangkan hubungan karma bagi kehidupan hewan itu pada masa depan dan membantu meringankan penderitaan pada masa depan, kata Cook.
Pendeta Geshe Tenley, guru tetap Kurukulla Centre, yang memakai jubah kuning, membebaskan lobster pertama.
Di India, Geshe Tenley mengatakan sapi, domba dan bahkan kambing dibeli dan diselamatkan dari penjagalan. Tapi di New England, penyelamatan lobster dan memperpanjang hidup mereka --sekalipun cuma satu jam-- adalah yang paling praktis dan cara nyata yang bisa dilakukan kelompok itu untuk menciptakan perbedaan dalam keberadaan lobster dan kehidupan mereka sendiri.
"Itu membuat kita memikirkan kembali cara biasanya kita memandang makhluk ini," kata Victoria Fan, mahasiswa S1 yang ikut dalam upacara tersebut.
"Kita mesti memandang mereka secara sama. Kebahagiaan mereka sama pentingnya dengan kegembiraan kita, penderitaan mereka sama pentingnya dengan penderitaan kita," kata Fan.
"Sekalipun mereka tertangkap lagi, mereka telah hidup lebih lama"
Saya suka kalimat di bagian ini. Biarpun nantinya perbuatan baik kita di salah artikan, di salah gunakan, ataupun perbuatan baik kita hanya berakhir sia-sia. Setidaknya kita sudah lebih baik karena pernah mencoba menyelamatkan , membantu sesama daripada yang hanya memberikan padangan sinis , kritis dengan melipatkan tangan di dada.
Berhentilah mengkritik jika kita tidak berniat menolong.